Monday, July 29, 2013

The Story Girl

Judul: The Story Girl

Penulis: L.M. Montgomery
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2010
Tebal: 368 halaman
Harga: Rp 40.000
Rating: ★★★★


Sinopsis:

"Aku suka jalanan, karena jalanan selalu membuatku bertanya-tanya apa yang ada di ujungnya," demikian si Gadis Pendongeng pernah berkata, lama berselang.

Musim semi itu, Beverly King juga tak tahu apa yang menanti di ujung jalan yang akan membawanya ke pertanian keluarga King di Pulau Prince Edward. Bev sudah sering mendengar ayahnya bercerita tentang rumah tempat dia dibesarkan; tentang pohon willow besar di gerbang, tentang kebun buah King yang terkenal, atau tentang para paman dan bibi.

Tapi merasakan sendiri semua keajaiban di tanah keluarga King ternyata jauh lebih menakjubkan. Apalagi hari-hari itu akan ia habiskan bersama sepupu dan teman-teman. Bev mencatat semua kejadian luar biasa sepanjang tahun itu, juga salah satu hal terpenting... bertemu si Gadis Pendongeng dan mendengar kisah-kisah yang diceritakannya dengan suara emasnya yang misterius. Kisah-kisah yang didongengkan dengan begitu indah sehingga membuat para pendengarnya terisap ke dalam jalinan kata, dan serasa bertemu muka dengan para pahlawan, putri, dewa, bahkan sang Kematian sendiri!

Review:


Pulau Prince Edward adalah salah satu pulau di Canada yang lebih dikenal dengan sebutan PEI. Pulau ini dijadikan sebagai setting cerita The Story Girl (Gadis Pendongeng) oleh L.M. Montgomery yang seorang penulis asal Canada. Setelah melihat foto suasana PEI masa sekarang, aku jadi lebih mudah menggambarkan detail kebun keluarga Kind dalam pikiranku. Pada awal cerita, Beverly King dan adik laki-lakinya, Felix, menceritakan semua hal yang mereka lihat di kampung halaman sang ayah. Mereka berdua merasa sangat familiar dengan keadaan disana karena sang ayah sudah bercerita sangat banyak dan hampir tidak ada yang berubah. Saat Bev mendeskripsikan semuanya, aku bisa membayangkannya dengan baik. Kalimat-kalimat yang ditulis tidaklah rumit dan aku sangat bersyukur karenanya!


Dalam liburannya di PEI, Bev dan Felix ditemani sepupu mereka; Dan, Felicity, dan Cecily. Mereka juga bertemu dengan Peter, si anak pesuruh, Sarah Ray yang gemar menangis, dan tentu saja Sarah Stanley, si gadis pendongeng! Karakter masing-masing anak berbeda tapi karakter mereka dituliskan apa adanya seperti dalam kisah nyata.

 Bev dan Felix tinggal di rumah Paman Alec dan Bibi Janet bersama tiga anak mereka. Dan adalah satu-satunya anak lelaki yang sangat cuek dan sangat suka cerita horor pasaran. Felicity adalah seorang anak yang sangat cantik dengan rambut yang ikal. Tidak akan ada yang berani bilang bahwa dia jelek. Dia pun sangat pintar memasak, tapi sayang mulutnya sangat tajam dan sering membuat kakaknya, Dan, marah-marah. Si adik, Cecily, tidak secantik Felicity. Tapi Cecily sangat baik hati dan bijaksana. Dia selalu mengutamakan kepuasan batin dan spiritualnya. Salah satu teman baru yang akan mewarnai seluruh kisah Bev di PEI adalah Peter. Ayah Peter sudah lama menelantarkannya dan ibunya sudah bekerja keras sejak Peter lahir. Akibatnya, Peter harus kerja keras juga. Dia sangat rajin dan paling pintar di antara yang lain. Padahal dia tidak pernah pergi ke sekolah. Lain halnya dengan Sarah Ray yang ini itu selalu dilarang oleh ibunya. Keadaan justru memburuk dengan reaksinya yang selalu berlebihan. Teman yang terakhir adalah Sarah Stanley, atau yang lebih dikenal dengan julukan Gadis Pendongeng. Dia adalah yang paling tua. Dia tidak cantik, tapi ada sesuatu yang membuatnya menarik. Caranya bercerita membuat semua tokoh tampak nyata. Bahkan para orang dewasa mengakuinya. Seandainya dunia tahu akan kemampuan Gadis Pendongeng, dia akan sibuk mendatangi undangan dari kerajaan.

Jika mimpi melarikam diri darimu, di pasar mana di seluruh dunia kau bisa mendapatkannya kembali? Mata uang apa yang bisa membeli kembali gambaran yang indah namun hilang itu?

Begitu banyak konflik yang dihadapi anak-anak ini; si Felicity yang menolak habis-habisan untuk mengajak Peter ke gereja karena bajunya berlubang, bagaimana mereka semua tertipu akan khasiat bibit ajaib, Dan yang bandel memakan buah terlarang, berlomba untuk memiliki mimpi paling hebat, kiamat yang sudah dekat, dan kematian Peter! Aku berkali-kali cekikikan karena ulah mereka. Saat membaca buku ini, aku seakan dibawa ke masa kanak-kanakku sendiri. Apakah dulu aku secengeng Sarah Ray? Apakah aku dulu suka belagu seperti Felicity? Yang jelas aku tidak seperti Gadis Pendongeng. Mungkin buku ini akan lebih menarik dalam versi audiobook karena dengan begitu kita dapat menikmati juga suara Gadis Pendongeng saat dia bercerita.

Aku sama sekali tidak merasa perlu untuk terburu-buru membaca kalimat demi kalimat. Aku berusaha membaca dengan intonasi layaknya seorang ibu membacakan dongeng sebelum tidur kepada anaknya. Banyak sekali hal yang bisa dipetik dari buku ini. Semua masalah yang dihadapi Bev dan kawan-kawan selalu membuat mereka bertobat, kembali ke jalan-Nya. Lucu. Menggemaskan. Terharu. Itu semua yang aku rasakan sewaktu membaca The Story Girl. Aku rekomendasikan buku ini untuk para ibu yang mencari cerita lain selain dongeng-dongeng Disney untuk anaknya :) Aku rasa satu hari bisa membacakan satu bab saja jadi satu buku bisa untuk satu bulan. Setelah satu bab selesai, bisa dilanjutkan dengan pesan pribadi untuk si anak. Aduduh kenapa jadi berlagak ibu-ibu?! Silahkan berlomba-lomba sama Gadis Pendongeng ya.

Aku dibuat penasaran dengan kisah mereka selanjutnya. Buku yang kedua, dengan judul The Golden Road, diterbitkan dua tahun kemudian (1913). Lagi-lagi dengan gaya penulisan yang sama dengan judul sebelumnya yaitu melalui sudut padang Beverly King yang mengingat-ingat masa kecilnya. Menurut sinopsis yang aku baca, pembaca akan melihat mereka beranjak dewasa. Gadis Pendongeng akan meninggalkan PEI dan kisah asmara Peter-Felicity akan terkuak. Sayangnya buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia.

Tentang Penulis:
Lucy Maud Montgomery adalah seorang penulis asal Canada dan dikenal dari karyanya yang berjudul Anne of Green Gables pada tahun 1908. Dia lahir pada tanggal 30 November 1874 di Clifton, Prince Edward Island. Dia pindah ke Leaskdale pada tahun 1911 setelah menikah dengan Rev. Ewen Macdonald pada bulan Juli 1911. Ketiga anaknya lahir di Leaskdale, dan dia menulis banyak buku ketika dia hidup di sana sebelum pindah ke Norval, Ontario pada tahun 1926. Maud meninggal di Toronto pada bulan April 1942 dan dimakamkan di Cavendish, Prince Edward Island.

Review ini diikutsertakan dalam challenge: Novel Tanpa Huruf A

4 komentar:

  1. the golden road udah diterjemahin kok ;) gua bacanya malah buku itu dulu dan belum baca gadis pendongeng ini :D

    ReplyDelete
  2. Aku juga duluan baca lanjutannya the golden road harusnya ini duluan, tp wkt itu ga tau malah belinya kebalik. Tp keduanya bagus banget aku kasih bintang 4 ^^

    ReplyDelete
  3. Punya buku ini, tapi sampai sekarang belum baca gara-gara buku numpuk -__-
    Tapi krn di review ini ratingnya dapat 4 bintang, nanti dibaca deh ;)

    ReplyDelete