Wednesday, June 12, 2013

The Cookies of Life (Review + Interview)

Judul: The Cookies of Life
Pengarang: JT. Waliyadi
Penerbit: Indie Publishing
Tahun Terbit: 2013
Halaman: 195
Harga: akan segera rilis
Rating: ★★★


Sinopsis:
Kuche Gesaft, sebuah bangunan yang terletak di penghujung Braga 45 adalah sebuah toko kue, dindingnya mengeluarkan beragam aroma adonan dan jika menyentuhnya terasa lembut seperti mentega. Aroma adonan menghantarkan aku pada sebuah kamar besar di lantai atas tepat dalam walk in closet, sebuah buku bersampul kulit bertuliskan Herbst Milch tersimpan. Semua tulisan menunjukkan bahan-bahan untuk membuat kue cokelat, Herbst Milch adalah sebuah buku resep.

Perlahan tapi pasti aku mulai mempelajari resep-resep yang tertulis, mulai dari yang paling simple untuk dijual di sekolah hingga yang paling rumit untuk seorang gadis. Kini semua anak di sekolah mengenal Yuda Hueber, semua anak lelaki ingin menjadi teman dan semua gadis ingin menjadi pacar.

Setiap resep membawa cerita tersendiri, mulai dari roti sebuah gulung yang membuat anak-anak satu sekolah kehilangan kendali, sampai Honey Chocolate Mouse yang membuat Bandung terbakar gairah. Sedikit demi sedikit resep-resep itu menguak dari mana Mami berasal dan siapa aku sesungguhnya, ketika kenyataan telah tiba semuanya sudah terlambat. Hueber Kuche telah menyelimuti SMA 3 Bandung dengan aura kegelapan, membuat Bandung menjadi lautan asmara terlarang, membutakan sahabatku Radine Putera hingga akhirnya membuat diriku mati dalam rasa penyesalan. Ini adalah bagaimana aku Yuda Hueber tewas dalam menemukan jati diri melalui warisan delapan resep kue, hingga membuat aku menjadi The Last Hueber Schokolandenhersteller.

Tentang Penulis:
Lahir di pinggiran ibu kota, mereka biasa memanggilnya Waliyadi, introvert merasa amat tidak nyaman berbagi personalitas. Hampir berjalan di seluruh pelosok negeri, membenci homogenitas dan pecinta diversity layaknya kaum urban. Tidak pernah berada di tempat yang sama dalam waktu lama namun anda bisa mengejarnya di waliyadimail@gmail.com, twitter, dan goodreads.

Review:
Sebelumnya, terima kasih banyak buat Mas Waliyadi yang berbaik hati bagi-bagi buku terbarunya yang akan rilis dalam waktu dekat :) Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk menyelesaikan buku ini. Kesan pertama saya waktu menerimanya adalah "jangan-jangan ceritanya tentang toko kue dan hal-hal romantisme seperti dalam sinetron". Mas Waliyadi sudah bilang kalau buku ini bukan teenlit (syukurlah) tapi saya tidak menyangka bahwa jalan ceritanya akan unik seperti ini.

Isi cerita tidak terlalu fokus pada kisah cinta Yuda dan Cherry, tapi lebih kepada kepribadian Yuda yang berusaha untuk bertahan hidup setelah ditinggal oleh ibunya. Buku ini juga mengisahkan persahabatan Yuda dan tiga teman barunya, bagaimana teman-temannya itu tetap setia meski keadaan Yuda di sekolah berbanding terbalik dengan saat dia pertama kali datang.

"Karma akan selalu kembali pada orang yang menentangnya. Saat takdir berputar haluan, kau diam dan menerimanya."

Meskipun ceritanya membuat saya tidak rela menggeletakkan buku ini sebelum selesai dibaca, ada banyak typo dan pemenggalan kata yang rasanya kurang enak. Bagi saya pribadi sih hal ini terlalu mengganggu karena bisa dimaklumi buku ini adalah buku pertama Mas Waliyadi dan juga cetakan pertama. Saya berharap buku ini memilik banyak peminat. Saya memang tidak biasa membaca buku karang penulis Indonesia, tapi sejauh ini The Cookies of Life menarik sekali lho! Saya paling suka sama endingnya. Dibilang berakhir bahagia juga tidak. Kalau seandainya buku ini dicetak ulang, saya berharap bahasa-bahasa Sunda-nya diberi keterangan dalam bahasa indonesia, karena saya kan orang Jawa, jadi tidak terlalu paham bahasa Sunda hehe... Oh ya, ini ada beberapa pertanyaanku yang sudah dijawab sama penulisnya:

Apa sih latar belakang penulisan buku ini?
Latar belakang spesifik sih ngga ada, sebenernya itu cerita di bikin waktu nyusun skripsi 3 tahun yang lalu. Jadi kalau lagi butek depan komputer udah bingung mau nulis apa buat skripsi ya pindah nulis cerita. Dan setelah kerja sebenarnya ngga kesentuh ini cerita, baru sekarang aja dari pada diem di harddisk ya kenapa nga di published. Overall sih cuma iseng-iseng berhadiah aja

Apa yang membuat Mas Waliyadi mengangkat tema kue?
Biasanya pas nulis buat skripsi pasti di depan kompi bertebaran cokelat dan kue-kue buat temen nulis skripsi. Ya kayanya sih dari situ kenapa ceritanya jadi tema kue. Jadi ngga ada spesifik kenapa harus angkat satu tema.

Apa mas suka negara Belanda sehingga mengangkat istilah-istilah Belanda dalam buku ini?
Itu bukan istilah belanda tapi jerman, karena Hueber adalah orang jerman yang bekerja buat VOC "karena banyak tenaga ahli VOC berasal dari eropa misal jerman dan inggris". Alasan kenapa ada eropa belanda terutama deutsch "jerman" bukan dutch "belanda" karena dulu pernah kuliah jerman.

Jika mas menjadi Yuda Hueber untuk satu resep kue, kue apa yang akan mas pilih?
Pilih yang honey chocolate mouse soalnya beda dari resep yang lain dan secara real sih bahan dan bikinnya lebih susah dari black forrest dan saya suka karena ini resep untuk bagian dark aka bales dendamya (i like dark story tipe-tipe tim burton lah)

Bagian mana dalam cerita The Cookies of Lfe yang Mas Waliyadi paling suka?
Yang waktu bikin hujan cokelat.

1 komentar:

  1. Wah keren , aku penasaran sekali dengan ending nya yang kata kakak '' Di bilang berakhir bahagia juga tidak'' terus ending nya kaya apa dong kak ? hehe kepo

    Wah ada bahasa sunda nya kak ? jarang - jarang ada novel yang ada bahasa campuran daerah nya ( Aku belum pernah baca novel yang bercampur bahasa daerah)



    Pasti buku ini beda dari yang lain '' kata ku dalam hati setelah membaca bagian Review yang ; Isi cerita tidak terlalu fokus pada kisah cinta Yuda dan Cherry, tapi lebih kepada kepribadian Yuda yang berusaha untuk bertahan hidup setelah ditinggal oleh ibunya.

    ReplyDelete